PEREMPUAN BATAK

Di Antara ketegaran sang Mega
Adakah waktu kan membuatmu bersandar
Melewati kerapuhan demi kerapuhan dengan sisa air mata
Jangan takut..
Meski kalau boleh kau tegar
Airmata juga peduli
Karena Perempuan tak harus lahir perkasa

Pre-story :
 Sharon gadis berusia 30 tahun, energik, cantik, tomboy tapi terlalu mandiri hingga merasa tak butuh siapapun dalam hidupnya dan memang hampir selalu mampu mengatasi tiap masalah sulit dengan caranya sendiri, dia akan menertawakan setiap orang yang menangisi diri karena patah hati, baginya itu “enggak” banget, tapi bagaimana ketika kemudian tanpa dia sadari dia yang “masuk” kedalam bagian itu, dan tanpa dia sadari meski berusaha terlihat tangguh, dia juga membutuhkan seseorang…seseorang yang semestinya ADA untuknya. Meskipun kadang terlihat kuat, perempuan juga tetap mencari bahu untuk tempat  bersandar….

SAMOSIR, 2008
Pasir Putih
Sharon yang baru pulang dari Jakarta, tepatnya “kabur” dari kebisingan Jakarta..sedang mencoba menata kembali hatinya yang remuk.
Ulah Fandy, adalah teman sekantornya di Mata Advertising, yang sekaligus Creative directornya di perusahaan periklanan tersebut, tidak sampai membuat airmatanya mengalir memang, baginya itu bagian dari fase yang harus dilewati sebelum menemukan pasangan yang terbaik. Sharon cinta Fandy, sama seperti dia pernah jatuh cinta dengan Naga, mantannya yang sebelumnya..rasanya orang jatuh cinta dan patah hati menurutnya sama saja tidak ada bedanya, setiapkali jatuh cinta pasti jantung berdebar kencang, kangen dan bahagiaa selangit, sebaliknya dengan patah hati, reaksinya berbanding terbalik, tidak mau makan, tidak mau mandi, tidak ingin ngapa ngapain, bawaan pengen meluk guling sambil dengar lagu lagu melow..”eh..malah jadi curhat!”..
Intinya, Sharon tidak sampai sepatah hati itu, hingga menangis berguling guling atau gantung diri dibawah pohon cabe…Sharon hanya sedikit tidak mengerti apa sebenarnya yang dicari seorang pria dalam diri wanita yang dicintainya, Sharon merasa dirinya tidak ditakdirkan beruntung untuk urusan “per-falling in love-an” ini, apalagi alasan Fandy sangat klise, kata Fandy dia merasa tidak dibutuhkan, baginya Sharon terlalu mandiri hingga hampir tidak pernah membutuhkan siapapun, sebagai laki laki Fandy merasa “harga dirinya” dilecehkan..fiiiuuhh…pake bahasa harga diri segala, kalau mau mutusin udah mutusin aja, ga usah pake banyak alasan a, b, c, de segala…udah jelas banget niatnya mau ngecengin si Katra yang anak admin, yang penampilannya selalu super seksi dan bibirnya suka dimanyun-manyunin kalau ngomong, biar keliatan seksi padahal jadi bikin geli…”ini sih bahasanya Sharon yang sebenarnya jeles, aslinya Katra itu cantik banget mirip Olla Ramlan, dan bibirnya ga dimanyunin, manis banget malah..” “Huhh..” cowok dimana mana sama saja, kalau mau mutusin pasti cari titik lemahnya dulu, coba kalo mau ngegebet, yang ga jadi kelebihan pun dijadikan kelebihan, seperti “Badanmu naik beberapa kilo gak papa say, malah bikin seksi kok..!”, Begitulah kalau lagi jatuh cinta, Kalau mau mutusin pasti beda lagi kalimatnya…Aaahhh..apa bedanya dengan waktu Naga mutusin Sharon?, padahal beda case dengan kisah kasihnya dengan Fandy, waktu itu Sharon belum secuek sekarangg. Kalau Naga mutusin dia malah alasannya dia nggak suka dengan Sharon yang terlalu ingin masuk dalam hidupnya Naga, kalau Naga punya filosofi begini, “Pokoknya nikmati duniamu, tapi jangan sentuh duniaku..”, Karena Sharon seringkali ingin ikut gabung dan kenal dengan dunianya Naga…
Hujan rintik rintik….Sharon tidak perduli, dia membiarkan saja hujan memandikan tubuhnya, tanpa dia sadari airmatanya menetes, seiring datangnya hujan, dia tetap berdiri hampa ditepi pantai, sementara pengunjung pantai yang lain sibuk mencari tempat berteduh. Dia merasa sangat sendirian, belum lagi situasi dirumah yang sekarang lagi complicated, ibunya sudah bertahun tahun menginginkan dia segera menikah..
Sharon tidak tahu, apakah sebenarnya dia menangisi keputusan Fandy yang meninggalkan dia atau keinginan orangtua yang ingin segera melihatnya menikah, Sharon juga ingin melihat orangtuanya bahagia, tersenyum….apalagi ayah yang kondisi kesehatannya makin memburuk..Fiuuuh…
Hujan makin deras, baju putih Sharon terlihat membasah, memperlihatkan lekuk tubuhnya, Sharon menyadari itu. Dengan segera dia menuju ke seorang penjual yang sedang berteduh “Namboru, punya sarung tidak?”, sambil menunjukkan bajunya yang basah. Namboru penjual minuman itu hanya menggeleng, mata Sharon menangkap ada sarung yang tergeletak disamping tikar yang digelar, mengeluarkan selembar uang duapuluh ribu, “Saya sewa sebentar namboru, rumah saya dekat sini kok..”, Sharon sadar Samosir tidak seperti Jakarta, di Samosir memakai baju yang tipis atau tank top adalah hal yang tabu. Adat istiadat sangat dijunjung tinggi di desa ini. Dengan sigap penjual minuman menyerahkan sarungnya..Sharon memesan teh botol dan sepiring nasi goreng, ternyata hujan cukup membuat perutnya mengamuk minta di isi…, disebelahnya sepasang kekasih sedang bermesraan, Sharon melotot minta toleransi, ini tempat umum, matanya yang membesar seolah mengisyratkan itu..tentu saja sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta itu tidak menyadari tatapan penuh makna dari Sharon. “Dasar, putus baru tau rasa..nangis lo..” bathin hati Sharon.
Handphonenya berbunyi..”Shittt..”, nama yang tertera di calling number FANDY…whattt?, mau ngapain lagi sih nih anak?.
“Ada apa?”, dengan nada malas. “Kamu lagi dimana?”, Suara Fandy yang terdengar mesra, Apaaa…”Kamu”?, bukankah Fandy panggil Sharon dengan kata “kamu” kalau mereka sedang baikan. Kan sudah PUTUS?...
“Tumben, ada apa?”, “Kok ada apa sih?, kita kan ada janji dinner?”, Gebleek…maunya apa nih cowok. “Eh, Fandy..dengar kita sudah putus..catet P-U-T-U-S..dan loe yang mutusin gue..!” Sharon dengan nada tersengal, dongkol.
“Ah, jangan becanda dong honey. Aku ngga pernah bilang kita putus, gini deh..sekarang kamu lagi dimana sekarang, ku samperin deh…!” suara Fandy terdengar santai.
“Percuma, aku lagi di Sumatera..di Samosir, dikampungnya oppungku..”
“Waks, jauh amat..kok ga bilang bilang” nada suara Fandy terdengar sedikit panik.
“Gimana mau bilang, orang aku diputusin”, Sharon makin kesal, tapi diam diam rasa penasaran mulai menggelayut. “Ada apa dengan Fandy?”. Sharon menekan nomor lain, sahabatnya Fandy, “Wan, Fandy kenapa tuh, masa dia lupa kami udah putus?”, jawaban Iwan tidak memuaskan “Wah sorry sob, I don’t understand, tanya sendiri sama oknumnya”..whateverlah…
Sharon menghela nafas panjang, sebenarnya dia masih sayang sama Fandy, dan keberadaan Fandy juga satu kantor dengannya cukup banyak mempengaruhi perkembangan karirnya, Fandy banyak memberikan support, yah siapa tahu Fandy bermaksud memperbaik hubungan mereka kembali dengan caranya sendiri, toh ini sebenarnya masalah yang masih bisa dikomunikasikan kan?, Sharon mengulum senyum kalem. Semoga kali ini dia bisa mewujudkan impian kedua orangtuanya, memiliki pasangan yang tepat.

Jakarta, Kawasan Sudirman

Sharon sudah kembali lagi ke Jakarta hanya dalam hitungan hari setelah Fandy menelponnya.
Wajah Fandy terlihat sumringah memandang wajah Sharon penuh cinta, memeluk Sharon sambil memandang gedung gedung pencakar langit dari kantor. Membelai rambut gadis itu penuh sayang, “Tadi presentasi kamu bagus sekali, dapet ide dari mana sih sayang?”, Sharon membalikkan badannya. “Eh, jam kantor, harusnya kita profesional kan?”, Fandy hanya tersenyum “Sorry, rasa kangen kadang bikin kita menyalahi komitmen yah, habisnya kamu menghilang sih disaat aku kangen berat..”, “Gombal…!” Sharon ngeledek meski dalam hati dilambung tinggi.
Pintu diketuk, mereka saling menjauhkan diri, Fandy kembali memperlihatkan wibawanya sebagai seorang direktur. 

Tampak Katra, sosok seksi yang sering membuat Sharon diam diam iri, mamanya ngidam apa sih dulu sampai punya anak gadis sekinclong ini?, sumpaah….Katra mulus bangeeet..bangeeet.
“Ini hasil laporan meeting kemarin pak, tampaknya klien kita kurang puas”, Fandy mengernyitkan kening. “Oh ya?”, “Padahal kita menjalankan market plan kita sesuai prosedur, menurutmu apa yang kurang ya?” lebih kepada pertanyaan retoris sebenarnya, jelas itu bukan bidangnya Katra yang hanya mengurusi administrasi. “Siapa yang handle kemarin itu, maksudku yang survey dan presentasi?”, Sharon ikut urun bicara. “Joana mbak..!” Katra datar.
Sharon jelas tahu siapa Joana, dia gadis berusia 24 tahun yang cantik, menarik dan pendidikannya magister dari salah satu universitas ternama di South wales, Australia.
“Joana yah?”, sekejap saja Sharon sudah berada dihadapan gadis cantik berambut kemerahan itu..”Bisa meeting sebentar?”, gadis itu dengan cepat mengiyakan.
Dengan cepat Sharon menangkap kesimpulan apa yang membuat Joana tidak berhasil dalam presentasinya. Gadis itu berasal dari keluarga berada yang sudah biasa mengutamakan brand, sementara barang yang diiklankan adalah barang yang pangsa pasarnya memang diutamakan untuk masyarakat menengah ke bawah. “Jadi Jo, aku tahu kamu suka dan pasti hafal banget dengan selera orang yang high class atau sosialita, tapi produk yang akan kita iklankan ini bukan jenis barang bermerek, jadi coba arahkan pandanganmu melalui mata orang dengan pandangan orang yang berpenghasilan menengah atau rendah..coba survey barang barang apa yang mereka “mampu” beli dan sukai, jadi bukan apa yang kamu sukai..!”, Joana menunduk seraya tersenyum, “Maaf mbak, saya salah..terimakasih atas sarannya. Saya yang salah..!”.
“Wah kamu hebat..”puji Fandy, yang diam diam mengikuti pembicaraan Joana dan Sharon. “Ah, itu belum seberapa…kelebihanku masih banyak lagi..” Sharon dengan nada narsis. Membuat Fandy yang ingin menambah daftar pujiannya terpaksa mengubur dalam dalam keinginannya, gadis itu bakal tambah besar kepala…
“BAGAIMANA MENGUBAH KEKALAHAN MENJADI KEMENANGAN”, entah mengapa Sharon tiba tiba menjadi tergelitik dengan kata kata di spanduk disalah satu billboard yang ada dipersimpangan jalan, inspirasinya jelas, ketika kita dalam posisi kalah bagaimana cara mengubahnya menjadi sebuah kemenangan. Cocok buat jadi jargon iklan “x”, “Hmm..aku dapat inspirasi”, dalam hatinya berbunga.
Sharon mundur sejenak, seseorang hampir menabraknya, “Dasar…Kalo jalan pake mata dong, nggak liat apa badan segede gini?”, Hormon adrenalin Sharon naik lagi, aneh..perasaan beberapa hari ini ga pernah makan hati deh, kok bawaannya pengen marah terus?, pengen nimpuk orang pake…uppss..ga sampe segitunya, Ya udah..pokoknya Sharon merasa lagi G-A-L-A-U aja, istilah yang lagi trend buat orang yang lagi ada masalah dengan perasaan alias bingung plus plus, tapi sumpah tidak tahu kenapa…pokoknya tidak tahu kenapa, bawaan perasaan tidak enak aja..TITIK.
“Yee, mbak yang salah, saya sudah jalan dijalur yang benar, mbaknya yang ngotot, lagian sejak kapan jalan pake mata mbak, pake kaki iya..!” Cowok itu tersenyum iseng, mukanya kelihatan tengil.
Hmmm…memakai t-shirt berwarna merah, jeans belel agak kecoklatan, lengkap dengan tas ransel khas anak kuliahan..ganteng sih, kalau Sharon tidak ingat dia sedang kesal, tapi ah..brondong..haduhh..masih sempat sempatnya pikiran nakalnya muncul.
Yang menarik tulisan di baju cowok itu, “HORAS –MEJUAH JUAH”, lucu juga…sudah lama tidak melihat atribut yang berbau kampungnya dikota Metropolitan ini, meskipun pastinya sangat mudah menemukan orang batak di Jakarta, terutama diterminal atau di pasar tradisional.
Cowok itu hendak berlalu dengan santainya, tangan Sharon menghadang dengan sigap.
“Tunggu..!”
“Apalagi??, mau minta ganti rugi?, kan situ nggak kenapa napa, lagian saya cuma mahasiswa mbak, jangan diperas dong, saya ga punya duit..!!” wajahnya kalem.
“Eh..eh..eh, jangan ngajak berantem yah, saya mau nanya baik baik”
“Ya udah, tanya, saya sibuk nih, waktu saya ga banyak..” Gayanya sok, “Parbada juga nih orang”, dalam hati Sharon sengak.
“Sudah pergi sana, belagu banget jadi orang..!” Sharon yang tadinya pengen kenal baik baik jadi mengurungkan niatnya, cowok ingusan ini belagu banget…sok…tapi memang ganteng sih…
“Ya udah” Katanya berlalu mengayuh sepedanya, meninggalkan Sharon yang terpana sendirian. “Whatt..ga sopan banget, dicuekin saya” Sharon menunjuk wajahnya sendiri dengan nada bengong.
“Pasti mau nanya nama saya kan, asli saya darimana?”, tiba tiba cowok mahasiswa itu berbalik arah dan mendekatinya. “Katanya sibuk..sudah sana…” Sharon masih kesal.
“Mbak naksir saya yah. Saya ganteng yah!”
“Saya orang batak, saya tertarik lihat tulisan dibaju kamu, saya pikir kamu mungkin orang Samosir atau seputaran sanalah..!” Sharon masih terlihat gondok. Wajah cowok itu melembut “, Oh, kelihatan kok mbak, mukanya kotak..!”
“Asemmm loe, mang dimuka bumi ini muka orang ada yang kotak?, lagian kalau tau tadi saya orang batak, ngapain manggil mbak?, awas kalo ngeles..!” Cowok ini membuat Sharon makin jengkel. “Ehmm becanda, wajah kamu ga mirip orang batak asli, mirip orang Yogya atau Solo, hehehe…!” Cowok itu memanggil Sharon dengan panggilan “kamu”.
“Cantik kan?”, Sharon mengedipkan mata genit…Fiuuuh…sumpah ini anak geeran banget. Dalam hati Sona sebal juga..sedikit. “Begitulah parhuta huta, dikasih hati sedikit langsung dah..!”
“Ho do parhuta huta,.. Ledek Sharon tidak jadi marah.
“Sini dompetnya, mau kamu bawa pulang yah?”, Sharon merampas dompet dari tangan Sona.
Sona menyerahkan dompetnya sambil berlalu mengayuh sepedanya, tanpa pamit. Sharon hanya tersenyum senyum saja menatap makhluk ajaib itu.
Seperti Jaelangkung saja, datang dan pergi ga ada basa basinya…


Memasuki kawasan Sudirman, macet sekali. Ratusan mobil tampak berjejal tak beraturan. Bunyi klakson riuh bersahut sahutan, Sharon sampai merebahkan diri sejenak saking jenuh dan mumetnya, pemandangan khas setiap pagi di Jakarta. Mengundang migrain dini nih….
Sms dari Fandy “, Udah dimana hun..?”
“Masih di jalan, kejebak macet..”, “Ehmm..bisa minta tolong ga sayang?, wakilkan aku ke kantornya Graha Utama, yang direkturnya kita ketemu pas makan malam kemarin?”, Sharon menjawab dengan nada penasaran “, Lho kok aku, bukannya itu biasanya tugasnya Katra, memangnya dia kemana?, aku kan cuma copywriter…apa hubungannya dengan aku?”, Fandy membalas dengan nada meyakinkan “, Katra dikantor sayang, banyak laporan yang mau dibenahi, lagipula biar kamu makin profesional aku ingin mengkadermu untuk lebih paham bidang yang lain juga, toh kan bagus juga untuk peningkatan karirmu?”, Sharon hanya tersenyum kalem, tidak apa apalah sedikit capek, toh seperti kata Fandy bukankah malah bagus untuk peningkatan pengetahuan dan karirnya dibidang advertising, dunia yang sangat dicintainya.
Sementara di Kantor…
Katra seperti biasa dengan gayanya yang seksi menggoda, menjawil hidung Fandy dengan manja. “Kamu bandel..”
“Tidak apa apa, hidup tidak boleh terlalu serius kan?, toh kita juga kan tidak serius..!”, Fandy sambil tetap memandangi laptopnya.
“Iya, aku tau sih, hidupmu penuh dengan petualangan, tapi menarik, karena bagaimana bisa Sharon tidak tahu apa apa tentang hidupmu yang sebenarnya?, malah aku yang lebih tahu..” Fandy menatap wajah seksi dihadapannya, Katra pintar menempatkan dirinya dalam hal fashion, modis dan elegan, terlihat mahal. Tidak heran karena sebenarnya dia adalah putri tunggal pemilik Mata Advertising yang tengah dikader untuk menggantikan pemilik perusahaan itu kelak, hanya Fandy yang tahu…
Fandy tidak tahan berlama lama menatap wajah menggoda itu, hasratnya menggelegak, berbeda kalau dia berada disamping Sharon. Gadis itu terlalu mandiri dan seolah tidak butuh figur siapapun disampingnya, tidak ingin dimanja…malah risih kalau diperlakukan romantis.
Menyentuh dan mencium bibir Katra, yang langsung dibalas dengan manja oleh Katra..gadis itu tahu bagaimana harus memperlakukan Fandy, sejenak mereka terhanyut dalam romantisme yang mereka ciptakan sendiri.
Bunyi HP Fandy yang berdering membuat mereka harus menghentikan kesenangan mereka sesaat, Sharon….
“Iya sayang?”
“Direkturnya tidak ada ditempat, katanya sedang ke New Zealand mengurusi masalah pertanian, bagaimana selanjutnya?”
“Yah sudah..balik ke kantor”, dengan nada yang tidak dapat disembunyikan. Entah mengapa Sharon bisa merasakan ada aura yang berbeda dalam nada suara Fandy, kecewa atau bagaimana sesungguhnya?.
Katra langsung kembali ke ruangannya….

“Kat..?”, Fandy sepulang jam kantor, tinggal mereka berdua yang ada dikantor. Katra juga terlihat sibuk dengan file-filenya.
“Boleh ngomong jujur ga?”
“Apa..?”, Katra masih tetap konsentrasi dengan file dihadapannya, setengah hati menanggapi kalimat Fandy. Fandy dengan sabar menunggu..
“Ehmm…Gimana pendapatmu dengan perusahaan real estate itu?, gimana sebaiknya konsep iklannya..”, Fandy dengan nada serius. “Kok nanya ke saya?, nanya ke penulis naskah dong, yang punya banyak ide kan copywriter?”, masih serius dengan tidak memandang wajah Fandy sedikitpun.
“Tapi saya lagi males diskusi sama Sharon, dimata saya dia itu kayak robot, gak ada gregetnya sedikitpun, mungkin itu yang bikin saya akhir akhir ini banyak kehilangan inovasi. Beda kalau sama kamu Kat, yah..walaupun hubungan kita ga ada statusnya..”
Katra menghela nafas panjang “, Apa kamu sedang nembak saya?”, wajahnya serius. Fandy hanya menunduk.
“Nanti kita bahas itu, kasih saya masukan dulu…!” Fandy tidak kalah seriusnya. “Saya tidak punya ide, karena itu daerah pertanian…tidak ada yang bisa dihasilkan dari sana, perusahaan kita perusahaan iklan, bukan perusahaan pertanian..”. Fandy menghela nafas panjang, “Ya sudah, kita bahas yang lain saja…” dengan nada menyerah.
“Mau kuantar pulang?”, Fandy menawarkan jasanya begitu Katra siap dengan laporannya. “Kamu pulanglah sendiri, aku tidur dikantor saja..!” Katra menolak halus.
Fandy mengambil tas dan jasnya lalu mencium kening Katra lembut, “Be careful, hun..aku mau ketempat Sharon dulu, aku harus menyelesaikan konsep ini”, Katra tersenyum.
Sharon sudah menunggu diteras rumahnya, wajah Fandy terlihat sangat kelelahan.
Sejenak dia membuka buka konsep yang ada dihadapannya, dan berkata “Hmm..aku tahu harus buat apa dengan konsep ini, daerah pertanian ini agak jauh dari kota sekitar 15 kilometer, ada rumah yang tidak terawat dan tanah yang lahannya sudah tidak diolah selama lima tahun. Menurut saya kemungkinan pertama agar bisa menghasilkan adalah dengan mengubah pertanian menjadi penyewaan kuda tunggang, orang akan membayar lebih untuk usaha dan gagasan ketimbang hanya sekedar memasarkan tanahnya saja..”
“Maksudnya??” Fandy masih terlihat bingung
“Jangan memandang sesuatu itu dengan cara pandang yang sederhana, lihat kemungkinan kemungkinannya, apa yang bisa dikerjakan setelah itu. Tambahkan nilai pada tanah itu, visualisasi akan menambah nilai pada sesuatu…”, Sharon terlihat penuh semangat.
“Ngomong ngomong tanah pertanian yang dimana sih?”
“Samosir…!!!”, Fandy dengan nada kalem
“App..apaaa?” Sharon terhenyak kaget.
“Kacau loe, kamu tau gak tanah disana itu rata rata tanah adat, gak bisa diperjual-belikan sembarangan. Ada aturan adatnya, lagipula masyarakat disana sangat bersatu, kamu pikir mereka tipe orang yang gampang dinilai dengan uang?, mereka gak akan mau..” Sharon berusaha mengurungkan niat kekasihnya.
“Kata siapa ngga bisa?, mereka itu belum pernah lihat duit banyak, jadinya belum terpengaruh. Lagipula ini investasi yang sangat besar untuk perusahaan kita..” Fandy dengan nada berapi api.
“Perusahaan kita?, apa hubungannya dengan investasi, tugas perusahaan kita hanya membuat iklan dan memoles citra perusahaan klien sebaik mungkin, tidak ada hubungannya dengan pertanian, apalagi investasi..ada yang kamu sembunyikan yah?” Sharon mulai merasakan kembali aura kecurigaannya bertambah pada sosok terkasihnya ini, aneh…makin lama Sharon makin merasa ada yang disembunyikan oleh Fandy, bukan hanya ada tapi Banyaaaak..tapi belum terbukti satupun. Fandy terlihat gugup meski berusaha menutupinya.
“Lagipula aku kenal masyarakat di Samosir, mereka itu sangat menjunjung tinggi adat disana, tidak seperti yang kau bayangkan. Lagipula kenapa harus Samosir, tidak ada lagikah daerah jawa ini yang bisa kau taklukan?” Sharon dengan nada sangaaaat tidak setuju.
“Ehm…sepertinya pembicaraan kita malam ini a lot, sampai jumpa besok baby..!” Fandy dengan sisa keromantisannya yang tersisa. Sharon tampak terlihat bingung, Sumpah…Fandy makin aneh dan tak terduga..apa yang terjadi sebenarnya???. 


“Yogyakarta, Villa Indah Seturan… Café susu penyet pukul empat dini hari..
Hari yang tidak terlalu baik kalau boleh dibilang begitu. Sendiriku diantara pasangan pasangan yang lagi berpelukan dan bercengkerama mesra. Dingin memeluk ingin mengajakku bersahabat. Mereka dengan ceria mereka, aku hanya bisa menikmati sepi dengan menggigit bibir…andai saja ini hanya mimpi, namun ini memang nyata..sangat nyata…
Meratapi ruang kesepian ini, hanya ditemani oleh dua buah bangku yang berhadapan, dulu aku menyebut tempat ini “sweet corner”, sudut yang manis, tempat favoritku dan Naga..Naga yang romantis dan hangat, yang suka menggenggam tanganku ditempat ini..Sesekali aku mendengar cekikikan manja, seolah sedang menyindir nasibku…ternyata begini rasanya kesepian, tidak punya kekasih. Aku cukup mendengar, rasanya hanya mampu menjadi pendengar bagi ruang kesepian mereka, Kupesan vanilla shake dingin pada waitress..Upss..aku salah memesan minuman, yang justru tidak saja hatiku yang semakin dingin, tetapi juga badanku..
Naga, dimana dirimu berada sekarang?, apa kesepian seperti aku?, atau justru sedang berada dalam kehangatan pelukan gadis pujaanmu..!”
Sharon tersenyum dikulum membaca catatan usang itu, sudah berapa lama yah dia tidak mengunjungi kota eksotis itu, kenangan kenangan indah bersama Naga tertinggal disana…
“Ahh..ternyata mellow juga aku dulu..!”
bathinnya geli, membaca oretannya serasa flash back dan bercanda dengan masa lalu, tiba tiba saja Sharon merindukan Jogja, kehangatannya, budayanya, dan hatinya yang sempat tertambat disana….
Satu persatu kenangannya kembali, dibandingkan hubungannya dengan Fandy sekarang, Naga terasa lebih manis dan lebih mirip “guardian angel”nya, Fandy tipe orang yang membiarkannya terbang lepas, sedangkan Naga sedikit lebih protektif dan perhatian, meskipun diwaktu waktu tertentu Naga lebih suka “lepas”.

Dulu, Naga paling suka mengajaknya ke Malioboro, menikmati kekhasan budaya Jogja yang lengkap ada disana. Saat duduk dibangku di depan pasar beringharjo, menikmati kesenian kreatif ala pengamen jogja…yapppp…pengamen di malioboro dengan kekhasannya yang tidak ada ditempat lain diseantero Indonesia. Mengenakan pakaian tradisional, dengan lagu lagu didi kempot yang terkenal, tidak jelek…malah unik…kadang sampai malam muter muter mengelilingi Malioboro.
“Kok jadi inget Naga sih?”, Sharon geleng-geleng kepala sendiri.
Sebenarnya bukan hanya ingat Naga, Sharon juga kangen Jogjakarta, kota budaya dengan segala pesonanya yang tidak akan pernah ada habisnya.

Jogjakarta….
Dan disinilah Sharon sekarang, entah kenapa ada rasa nelangsa yang membludak….ada rasa hampa yang tak terperi, tidak tahu harus berbagi dengan siapa…..fiuuuuh….
Sudah hampir setengah jam dia terduduk didepan kereta api senja utama yang membawanya hingga ke bumi jogja..begitu mendadak, tidak dalam hitungan lima menit…..
Tidak membawa apa apa, karena Sharon memang hanya ingin jalan jalan santai…hanya dompet dan hp..just it.
Memilih sebuah penginapan kecil ala backpackers yang menarik di depan Malioboro, hujan rintik rintik mulai menyinari bumi….”Ah..jadi teringat waktu kecil dulu suka mandi hujan..!”, Sharon meletakkan badannya sejenak sebelum akhirnya terlelap dalam mimpi…
Fandy menelepon, menyadarkan Sharon sejenak bahwa mentari masih malu malu ditempatnya tapi sudah mulai menampakkan wajahnya di ufuk timur.
Sharon mengangkat malas “,Hun lagi dimana?”
“Tumben nanya lagi dimana?..ya dirumahlah, masih pagi ini!” Sharon dengan kebohongan yang sempurna, bisa pecah perang dunia ke lima kalau tahu Sharon kabur lagi ke kota lain tanpa sepengetahuan Fandy.
“Oh yah, cuma ngecek hun…cepat masuk kantor yah, kita meeting berdua sebentar”
“Hei..bos, sedang ngigau yah, hari ini hari minggu…adanya ibadah..!” Sharon kesal.
Sharon hanya mengenakan celana pendek dan tank top, duduk dengan santai didepan kamar motelnya, pagi pagi ternyata OB sudah menyediakan teh hangat…
Suasana tampak sepi, mungkin belum pada bangun kali penghuni kamar lain..
Sharon mengambil posisi bersila, sudah lama rasanya tidak menikmati senam yoga…mumpung suasana lagi sepi..
Tapi tiba tiba…..
Terdengar suara cekikikan mesra, seperti sepasang kekasih yang lagi bercanda mesra, Sharon kehilangan konsentrasi…iseng, melirik ke kamar sebelah.
Ya ampuuuun…itu…..
Cowok itu melihatnya sekilas namun pura pura tidak melihat….”Aseeem, sok cool..mentang mentang ada ceweknya”, Sharon kemudian sadar apa haknya mengutuki cowok sableng itu…toh kenal juga sekilas, sama sama orang batak, itu saja kelebihannya.
Lima belas menit kemudian, seseorang mengetuk pintu kamarnya.
Sharon membuka pintu dan melihat sosok dihadapannya, tidak memperdulikan…mengambil selimut kecil dan kembali membaringkan tubuhnya.
“Idiiiih…dicuekin..”cowok itu menarik selimut Sharon.
“Eh, apa urusanmu…tadi juga pura pura gak kenal, udah pergi aja ceweknya baru sok akrab..lebayyy” Sharon merengut
“Wah..ada yang cemburu nih..” Sona memasang wajah nakal.
“Aseem, siapa juga yang cemburu, mangnya siapa kamu?”
Hujan semakin deras, rupanya Sona sempat kehujanan..badannya terlihat menggigil. Sharon agak geli bercampur kasihan.
“Eh, dingiiiin nih…dingin dingin gini enaknya ngapain yah?” Sona menggoda.
“Eh, anak kecil…ngapain gimana pale lo..?, awas yah” Sharon mengepalkan tangannya.
“Deuhh..takuuttt…”
Sharon melepaskan selimutnya, dan melangkah ke depan kamarnya.
Ada dua buah kursi didepan.
“Duduk didepan aja, bahaya berdua ma kamu…” Sharon dengan santainya.
“Tapi saya kedinginan, ntar kalo saya sakit gimana…” Sona dengan nada memohon.
“Aaah..alesan, cepetan..” Sharon menarik tangan Sona keluar.
Sona masuk sejenak kedalam tapi kembali lagi keluar.
“Udah berapa hari disini?” Sharon basa basi.
“Hmm..dua hari.., kamu?”
“Semalam…!”
“Jam berapa sampai semalam, kok aku gak tau?” sok tau
“Yah iyalah kamu gak tau, orang kamu lagi asyik sama cewek..” Sharon ngeledek
“Oh iya yah?” dengan wajah polosnya..
Sona terlihat makin menggigil, Sharon menangkap wajah pucat cowok itu..
“Kamu ganti baju dulu gih…udah muka kayak mayat begitu” Sharon serius..
“Perhatian banget sih…muaaah” Sona mengedipkan mata genit, Sharon melotot “Dasar…anak kecil”
“Ketempatku aja yuk” ajak Sona
“Ogah, memang aku cewek apaan”, Sharon menggeleng halus.
“Kamu tau gak, sebenarnya kamu itu tulang aku, aku beremu..jangan macem macem, mamaku boru simbolon, sama dengan margamu..” Sharon sengaja menekankan kalimat itu, supaya Sona mengurangi sifat jahilnya.
“Ehh..kata siapa bere gak bisa semalam?” Sona dengan nada kalem tak disangka sangka..
Shittt…ada aja kalimat balasannya…
“Gak sopan…!”
“Hahaha…” Sona tertawa menang
“Awas, kalau mamamu sampai dengar, dijewer tuh kamu..!”
“Ah kuno, itu kan di kampung kampung…bisa kok, apalagi cuma semalam..hehehe”
Hujan mulai berhenti didepan, angin mulai kembali cerah..Sona menyerahkan jaket ke punggung Sharon..”Pakai, temani aku cari makan..”, dengan tatapan yang tak ingin ditolak. Kali ini Sharon tahu cowok tengil itu sungguh sungguh.
Sona menggenggam tangan Sharon erat, entah mengapa Sharon tak ingin menolaknya. Ada rasa damai dan dingin mengalir dihatinya…berkali kali melirik Sona yang menggenggam erat tangannya, seolah mereka adalah pasangan kekasih.
Akhirnya ketemu sebuah tempat angkringan yang tidak terlalu rame, Sona memesan nasi kucing dengan lauk oseng tempe ditemani teh hangat, Sharon ikut pesanan Sona.
“Inilah enaknya Jogja yah?, duit lima ribu bisa makan kenyang, sekenyang kenyangnya..”
“Iyah, kotanya indah lagi..adem..”
“Kamu tau gak Ron..aku punya cerita menarik disini, di Jogja..!” Sona sambil menyeruput teh hangatnya.
“Apa itu”
“Gini..aku pernah jalan ke warung dekat sinilah sama dosenku, ya aku gak nolak aja diajak makan, soalnya kan tanggal tua…pesan nasi gudeglah kami..”
“Trus?” Sharon mulai tertarik
“Ya dia ngaku udah langganan diwarung ini, makanannya bersih, enak, sehat segala macem..pokoknya promosi habislah.., akhirnya kita pesan nasi gudeg dua porsi..harganya 18.000 rupiah…Tau gak pas mau bayar dia keluarin isi dompet rp 10000 dan rp 5000, nah..3000 lagi kurang..” mulai tersenyum geli..
“Akhirnya dia minta diskon dah tuh sama tukang warung, mana dia nunjuk nunjuk aku lagi…kasian donk ni anak orang saya yang traktir makan, lagian cuma 3000 doang, anggap ajalah amal…busyeet dah..bayangkan gimana malunya aku disitu” Sharon tidak bisa menahan ketawa
“Trus…emang pelit yah dosenmu”
“Yah..abis itu karena mereka berdua saling ngotot, akhirnya aku yang ngalah..aku keluarkan duit 20000, udah mas..saya yang bayar semuanya..”, tukang jualannya langsung berhenti dan mengembalikan uang 2000 lagi…” Sona menceritakan dengan wajah geli
“Ya ampun…ada yah orang kayak gitu…”, Sharon tak bisa menyembunyikan senyumnya.
“Heeh, udah gitu tau gak, pas pulang bukannya bilang terimakasih..malah aku dimarah marah, katanya gak ngerti ilmu negosiasi, marketing, busyeet dah..kalo pahlawan pahlawan yang ada di uang itu bisa nangis, udah nangis kali yah..”
Hahaha…Sharon tertawa sampai airmatanya rasanya mau keluar, bertemu Sona hari ini, baru kali ini bisa tertawa lepas lagi…
Setelah seharian jalan mengitari Malioboro, taman budaya dan kampung batik, akhirnya mereka balik ke hotel.
“Aku ketempatmu yah?” Sona memohon
“Boleh, asal kau ingat aja, aku beremu..bukan paribanmu!” Sharon menegaskan
“Tenang aja, aman kok..!”
“Kalau mau nonton, nonton aja dulu..aku mau luluran” Sharon mengambil minyak zaitun dan lulur, menuju ke kamar mandi.
Begitu pintu kamar mandi ditutup, lampu kamar mandi mati..
Sharon berfikir itu pasti kerjaan cowok tengil itu.
“Sonaaaa..”
“Sumpah bukan aku, lampunya mati sendiri!” Sona membalas kalem.
Tiba tiba kaki Sharon tergelincir akibat ada potongan sabun, Sharon mengaduh kesakitan..
“Ada apa..” Sona terdengar panik
“Jangan mendekat.., aku lebih suka berada dikamar mandi semalaman ketimbang kamu datang kesini..” Ampppun..jangan sampai Sona melihatnya dalam kondisi tanpa pakaian.
Lampu hidup kembali, Sharon meringis. Terdengar langkah kaki mendekat. Sharon makin ketakutan. Duuuh..berdua dalam keadaan begini, apa saja bisa terjadi.
Sona mematikan semua lampu dan menyodorkan handuk, meraih kedua tangan Sona dan menyelimutinya dengan hangat.
“Tenang aja, badan kayak triplek begini gak bakal bikin aku nafsu..”bisik Sona tepat diwajah Sharon.
Diam diam Sharon tersenyum, ternyata Sona sangat tulus…

Sharon merasa sangat comfort disisi cowok ganteng nan brondong itu, yah…secara Sona kan masih mahasiswa, tapi entah mengapa disisi Sona, Sharon tidak merasakan perbedaan umur yang signifikan itu, baginya Sona teman berbicara yang asyik, gokil, smart dan sedikit..ehmm..playboy…
Sepasang bule sedang bercengkerama diatas andong, dan berciuman..diiringi beberapa tatap pasang mata yang melotot dari transjogja, saling berpandangan…mereka pikir mungkin sama seperti dunia barat sana dimana kebebasan itu seperti tanpa batas.
Sharon menggamit Sona, dengan ekor matanya menunjukkan “tontonan gratis” itu dengan isyarat matanya. Sona tertawa geli “, Mau praktekin gak?”
Sharon memukul bahu Sona cemberut…lupa kalau lelaki itu cepat bereaksi kalau hal hal berbau romantisme konyol begitu…DASAR…
“Hmm..Kayaknya ada yang asyik lihatin si bule, ngiler yah..!!”
“Kamu..mulutnya kayak gak pernah sekolah!” Sharon mendengus kesal, lama lama nih anak ngelunjak, sadar gak dia kalau cewek yang sedang dihadapinya delapan tahun lebih tua dari umurnya…d-e-l-a-p-a-n tahun…cateet
“Bulenya ganteng yah”
“Jangan banyak ngomong, perhatikan saja busnya berhenti dimana, nanti kita kelewatan…” Sharon dengan mimik serius.
“Ah yang benar..!” Sona makin meledek
“Tapi lebih ganteng aku tetap..!” wajahnya serius
“Begh..pede amat”
“Ya pede dong, orang aku tahu kamu dari tadi diam diam melirik lirik aku, pasti dalam hati muji muji…coba apa lagi yang kau suka dari aku selain karena aku ganteng?” , Wah..narsisnya saingan ama Sharon nih…Sharon hanya menggeleng geleng kepala.
“Udah deh…sudah mau sampai bisnya!!”, dengan sigap Sharon melompat dari transjogja. Sona menyusulnya kemudian.
“Kita kemana nih sekarang?”
“Aku yang jadi guide…bapak ngikut aja dilarang protes..!” Sharon dengan nada santai.
Mereka mengitari kawasan jalan kaliurang dengan langkah kaki santai, Jogja selalu indah disaksikan kapanpun. Ada seorang wanita tua yang memakai kursi roda mencoba menyeberangi jalan, menunggu jalanan sepi.
Jiwa pahlawannya Sharon muncul, tergerak untuk menolong wanita itu menyeberang…dengan sigap melangkahkan kakinya ke seberang jalan. Mendekati wanita itu..
“Maaf..mau saya bantu dorong keretanya?”, dengan gurat wajah tegas wanita tua itu menolak halus.
“Tidak usah mbak, saya sudah biasa..saya bisa sendiri..!”
“Waaahh..hebat”, Sona kagum sendiri
“Iya dong, memangnya kamu..!”, Ledek Sharon kalem, Sona melotot. Ada aja akal cewek cerewet ini mencari titik lemahnya. Wanita itu kemudian berlalu dibalik tikungan mendekati Bundara UGM.
“Jogja sekarang berubah banget, rame..tidak seperti beberapa tahun kemarin aku datang kesini..” Sharon seperti mengenang masa lalunya..terlintas wajah Naga, cowok yang pertama kali mengenalkan kota budaya nan eksotis ini pada Sharon.
“Aku sih tidak terlalu hafal perubahannya Jogja, yang jelas aku juga menyukai Jogja..” Sona juga dengan wajah tidak kalah kalemnya.
Sejenak Sharon melirik Sona yang terlihat serius dengan Hp-nya, kalau lagi serius begitu wajahnya terlihat berwibawa, tidak tampak sama sekali gurat ke-tengil-annya…cowok seperti ini pasti punya segudang fans…punya karakter yang menarik. Diam diam dalam hati Sharon mengukir penilaian tersendiri.
Tanpa terasa mereka sudah sampai didepan perpustakaan UGM, perpustakaan yang cukup luas dan selalu penuh oleh mahasiswa yang haus ilmu, dan kalau tidak salah tempat ini tidak pernah sepi 24 jam, apalagi didepan perpustakaan ada banyak penjual angkringan dengan harga mahasiswa.
Naga juga yang pernah mengenalkan tempat ini padanya, teringat lagi kenangan itu…waktu kunci kost Naga hilang dan tidak bisa masuk kedalam rumah kostnya, mereka bercerita sepanjang malam di perpustakaan UGM, membahas kisah apa aja, tertawa, dan menikmati nasi kucing berdua..kesederhanaan yang indah tapi romantis. Sharon malah tidak ingin memejamkan matanya sekejap, meskipun Naga sudah berkali kali menguap dan matanya tidak mampu lagi diajak kompromi..

Sharon melamun…Sona menyadari itu. “Punya kenangan dengan seseorang disini?”, Sharon tersentak kaget “,Kan keliatan dari matamu, tidak bisa disembunyikan..!”, tanpa basa basi, tapi matanya tetap tertuju pada layar Hp-nya.
“Smsan sama siapa sih, kayaknya serius banget..” Sharon tanpa sadar penasaran.
“Bukan urusanmu nona, dengan ceweklah!” Sona tetap serius dengan hpnya. Sharon mengangguk maklum, meskipun Sona tidak melihat anggukannya.
“Kamu tau gak apa yang paling aku suka dari Jogja?” Sharon dengan nada kalem, Sona mengangkat wajahnya sejenak.
“Mmm..apa!”
“Aku suka dengan keramahan orang orangnya, ketulusan orang orang sini, budayanya, karakternya secara personal, dan mereka sangat disiplin..bayangkan jarak lima meter aja masih dalam gang yang sama, naik sepeda motor tetap pake helm, coba di Medan..aduuh…kalau bisa berkelit, berkelit dah, cari jalan tikus sekalian..!” Sharon tertawa geli.
“Kalau Samosir?, apa pendapatmu tentang Samosir?”, Sona dengan pertanyaan tak terduga.
“Kok Samosir?, kita kan sedang cerita tentang Jogja…” Sharon dengan pandangan tak mengerti.
“Ya apa salahnya di Jogja kita membahas tentang Samosir!” Sona dengan serius. “Karena aku punya mimpi besar tentang Samosir..!”, “Gak usah mimpi tentang Samosirlah, susah membangun masyarakat disana, karakternya terlalu di “zona nyaman”, Gak suka guee..orang orangnya terlalu apatis menjalani hidup, tidak suka perubahan…” Sharon sedikit skeptis. Sona menatap Sharon dengan rona wajah tidak suka.. “Aku gak suka kalimatmu yang terakhir, gini yah…masyarakat disana memang masih sangat susah dibangun karakternya, tapi tidak semua, yang tua tua doang yang begitu….anak anak muda kan banyak yang maju dari sana, banyak yang kuliahnya tinggi bahkan sampai keluar negeri…jangan salah kamu..!”
“Iya, bukan begitu…kalau untuk pendidikan sih aku tahu banget, orangtua disana rela habis habisan demi anak, ka nada pepatahnya “ANAKHON HI DO HAMORAON DI AU”, Anakku adalah hartaku yang paling berharga…tapi itu sisi lain dari karakter positifnya orang Samosir a.k.a orang batak…tapi secara karakter dan pendidikan mental, tetap saja kita tetap butuh waktu ekstra untuk mengajarkan mereka tentang sebuah perubahan yang positif, mereka memang sangat mendukung anak anaknya untuk maju terutama masalah pendidikan, tapi disisi lain, untuk dunia mereka sendiri sebagai orangtua yang sudah lama tinggal dan mengakar disana, mereka tidak menyukai perubahan itu sendiri..percaya deh sama aku”, Sharon sangat serius.
“Tau apa sih kamu tentang Samosir?, cuma tau kulitnya doang..kan oppungmu yang disana, kamu sendiri sudah lahir dan besar di Jakarta” Sona ngotot.
“Hmm…iya aku memang lahir dan besar di Jakarta, tapi orangtuaku cukup mengenalkan aku dengan budaya batak, lagipula bisa dibilang hampir setiap tahun juga kami pulang ke Samosir, ziarah..!”
“Oklah, kapan kapan aku tertarik mengenalkanmu dengan komunitas komunitas batak yang ada di Jakarta, ada grup musik gondang, uning uningan, rumah makan batak, top markotop dah…”.
“Boleh….!!” Sharon menyambut gembira
“Kalau ada waktu luang, kita ke Samosir yah…!!”
“What a big plan, aku baru pulang dari Samosir beberapa bulan yang lalu..!” Sharon sedikit bangga.
“Oh ya, udah gimana sekarang?”
“Gak tau, orang aku kesana pas lagi patah hati…” Sharon keceplosan.
Sona mengacak rambut Sharon pelan, “Dasar, katanya tangguh…cengeng”, Sharon terkesima, jantungnya tiba tiba tidak bisa diajak kompromi detakan jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya..perlakukan Sona barusan, mirip perlakuan seorang kakak ke adiknya..atau..mirip perhatian seorang pacar?, duhhh…”Jangan mimpi ketinggian Sharon”, Sharon menghembuskan nafas panjang, berharap Sona tak menyadari apa yang ada dipikirkannya barusan.
“Dia kan adikmu, delapan tahun dibawah usiamu..” Hatinya berusaha melawan takdir, rasa suka itu datang tiba tiba..sungguh
Tiba tiba saja cowok itu menjadi seratus kali lebih manis dari yang biasa dilihatnya, seperti adegan di film kartun, ada banyak gambar cinta berputar putar dikepalanya.
“Pulang yuk!” Sharon memutuskan tidak melanjutkan perjalanan wisatanya ini. Takut Sona mulai menyadari perubahan perasaannya.
Untung Sona tidak bertanya lebih lanjut..


.PART 3
Ada meeting mendadak pagi ini, kantor Mata Advertising kedatangan team baru, denger denger bakal jadi managernya team marketing.
Katanya sosok yang ini kredibel, sudah beberapa kali memenangkan penghargaan dibidang inovasi dan marketing, baik tingkat nasional maupun global.
Usianya masih sangat muda….
Katra membagikan bahan bahan meeting, sementara Fandy dengan berwibawa berdiri tegak dihadapan anak buahnya memberikan pengarahan sekaligun memperkenalkan sang manager..
Muncullah sesosok wajah yang tak bisa dibilang ganteng, kalau tak mau dibilang minus…(tapi maaf…ini kenyataan lho!), perutnya buncit, kulitnya hitam legam, rambutnya keriting…
Sharon melotot..”Ini beneran gak manager?, kok lebih mirip…”, maaafffff..sekali lagi bukan bermaksud menjugde mahkluk itu dari covernya.
Manager memperkenalkan diri “Nama saya Sonatha Darwin, panggil saja Sona”, Sharon melotot gak rela…Sona-nya gak pantes dibandingkan dengan cowok ini, but oklah…try to be positive..siapa tahu Mr creative memang tidak salah memilih dan tidak salah orang….
“Jauh jauh deh, mendingan dibandingkan dengan Nicholas Sahputra, masih sama gantengnya..”, Sharon memandang wajah cowok itu dengan tatapan tidak enak.
Sona menelepon, Sharon mereject dengan perasaan tidak nyaman…
Tapi setiap kali melihat wajah manager “Sona kw” itu dia bersumpah suatu saat akan menceritakan pada Sona kalau dia punya rekan kerja yang namanya sama tapi penampilan 180 derajat sangat berbeda…apalagi tampangnya.
Dan feelingnya memang tidak salah….
E.T Boss tepatnya lebih pantas dijuluki ekstra terrible boss, Boss yang “pengetahuan” dan “penampilannya” kw junior tapi selalu merasa lebih tahu dan jago ngeles, entah apa yang membuat dia memiliki award yang dimaksud…jangan jangan pake jasa dukun dulunya…fiuuuhhh..Sharon sampai asyik berjibaku dengan pikiran negatifnya sendiri saking “seramnya” menghadapi cowok ekstra horrible ini…
Kalau kata iklan sih “Emang gak ada duanya”, ekstra super menyebalkan…
Maka dengan segala hormat, inilah mimpi buruk yang paling parah bagi kubunya Sharon cs di kantor.
And the story goes on…sayangnya ini bukan title albumnya Agnes Monica…
Dan satu hobbynya yang paling menonjol adalah mepet mepetin Katra, dia selalu punya seribu seratus cara supaya bisa dekat dekat cewek sexy itu, apalagi Katra senang pake baju yang agak “kurang bahan”, Si Manager…*Duh..Sharon tidak rela deh manggil namanya Sona…jauuh..jauh, kw nya aja masih belum pantes..hihihi*, mukanya setiap lihat Katra sudah kayak lihat Jupe banget…nafsuu…hmm..belum tau aja dia kalau Katra itu anaknya Presdir…
Sampai Katra kadang kadang gerah dibuatnya, bayangkan setiap ketemu..matanya kayak mau loncat aja, bayangannya kayak liat jupe kali..mupeeng…astaga…ingat umur pak…
And here is first projectnya yang sempat bertentangan dengan Sharon..tapi pak boss satu ini ngotot, membuat website lokal.
“Lho pak manager, kita kan sudah punya web internasional, apa kata dunia kalau kita pinter pinteran buat web tandingan?, itukan sudah lebih update dan profesional?” Sharon mengernyitkan kening.
“Hati hati asal ngomong kamu, ini demi eksistensi perusahaan kita, kamu diam diam aja sana, kalau banyak ngomong ta’ suruh kamu yang mengerjakan..”Manager mulai mengeluarkan taringnya, cukup untuk membuat Sharon, si cewek keras kepala luluh tak berkutik..
Bukan apa apa, bagian IT dengan anak anaknya bukanlah bidang yang cukup dipahami oleh neng batak ini.
Dia lebih suka disuruh bertapa dua hari dua malam merendam ide memikirkan konsep konsep iklan dengan catatan tetap ada makanan dan cemilan tentunya….dari pada IT.
Ada ada saja bapak manager satu ini….
Tapi membuat website lokal?, apa itu tidak akan menyalahi prosedur yang ada diperusahaan?
Tau ah..masa bodoh…..
“Tapi maaf pak, apa sudah dibicarakan dengan tim kreatif, terutama creative director..ini kan berhubungan dengan sector mereka?”, Sharon masih penasaran
“Udah, itu gampang..ikutin aja alur gua…pasti di approve..!” dengan nada pedenya yang super..
Sharon hanya mengangguk kalem.
“Aneh dah tuh pak manager, masa kita disuruh buat website lokal, kan udah ada yang internasional punya?, kurang kerjaan aja…” Salah seorang staff kreatif mengeluh.
“Eh, dia itu extra horrible orangnya, kantor mirip neraka sejak ada makhluk itu, kebagusan lo manggil dia pak boss…!” Sharon sedikit emosi, meskipun bukan bidangnya dia, tapi dia sangat dekat dengan orang orang kreatif dan juga IT, sama marketing..
“Ehmm..ehmm”, terdengar suara dengan batuk dibuat buat…siapa lagi kalau bukan Mr H (Mr Horrible), cocok tuh gelar….
Sharon tersentak kaget seraya mencoba tersenyum kalem…”Eh, ada bapak..!”
“Jangan senyam senyum, senyam senyum..saya sudah dengar, kuping saya ni ndak budeg, kerjain web itu, sekarang..”Suara Mr H kedengaran menggelegar, bercampur amarah….
“Whaaatt…Saya?, saya gitu?”, Setengah tidak percaya, Oh Gosh…it’s nightmare…..
“Iya, saya suruh kamu..saya tunggu laporannya seminggu ini..awas kalau nda selesai!”
“Nasiiib…nasiib, yang expert aja belum tentu bisa apalagi saya..”, dalam hati mengeluh
“Pokoknya saya tunggu, jangan ada alasan..”
Sharon terdiam lemas setelah Mr H berlalu dengan angkuhnya.
“Oh Gosh..mimpi apa saya?, saya mana ngerti!”
Mengejar langkah manager berharap akan berubah pikiran…..
“Pakk…tolong dong, itukan tugasnya orang IT, kan mereka yang lebih pintar, nanti kalau salah salah kan perusahaan kita juga yang kena imbasnya?”, memohon
“Saya tidak mau tahu….KERJAKAN!”
“Kamu kalau tidak tahu kan bisa konsultasi sama orang IT, kapan pinternya kamu kalau tidak mau mempelajari hal hal baru?, buktikan dong dedikasi dan profesionalisme kamu pada perusahaan..Jangan makan gaji buta doang…kamu pelajari tuh bahasa program, kan gampang?”, sambil meneruskan langkah kakinya.
“Gampang…memangnya ini kontes makan mie ayam?, hanya modal tangan dan tinggal makan doang..enak benar sih bapak ngomongnya?”, hanya bisa ngedumel dalam hati.
Akhirnya Sharon memilih berdiskusi dengan orang IT, gimana caranya supaya web itu bisa tetap ada dan eksis seperti maunya Mr H.
Orang IT sependapat dengan Sharon bahwa membuat web lokal yang baru hanya akan costly, menambah pengeluaran yang seharusnya bisa dikurangi.
Tidak ada manfaatnya….
“Jadi gimana dong mas..?”, airmata Sharon sudah diujung, hampir keluar.
“Tenang aja dek, kita pasti bantu kok….nanti kita bikinin wallpaper dengan tampilan software untuk bikin web, beserta kode kode programmingnya..nanti wallpaper itu di set di computermu, ntar kita ajarin deh caranya…”, Mas IT ini memang dekat dengan Sharon.
Hanya dalam waktu tiga hari, Sharon dengan teamnya sudah selesai mengerjakan program yang dikerjakan..
Langsung memberikan draftnya kepada Fandy yang didampingi oleh Mr H, sang manager sudah mesem mesem disampingnya yakin pasti akan mendapat pujian karena hasil kerjanya yang “cemerlang”.., lalu meminta pendapat Fandy soal desain dan kontennya…
Ternyata Fandy….
“Kalian kurang kerjaan yah buat website tandingan begini?, kita kan sudah punya web internasional yang lebih update dan berlisensi..memangnya siapa yang menyuruh kalian buat beginian?, ngapain kita kayak orang bego buat yang beginian, kalian kira gampang buat update dan maintain server?, terus mau pake apa kalian bayar cost lisensi software dan hostingnya?, pake daun?, udah..jangan aneh aneh..”
Sekilas Sharon menatap wajah Mr H dengan bahagia, ini bonus buatnya..melihat sang Mr di skak mat dengan wajah yang gak bisa digambarkan dengan kata kata…
“Saya sudah bilang tidak usah dibuat, tapi kamu ngotot dengan ide kamu…”, Tiba tiba datang Mr H dengan suaranya yang menggelegar.
Sharon kaget bukan kepalang.
“Whattt…ini kan..!!!, dasar oportunis, awas kamu..” hanya bisa dalam hati
Kekesalannya sudah menggapai ubun ubun…

Tubuh Sharon terasa letih, lahir bathin…punya boss seperti Mr Ekstra H itu ternyata cukup menguras energi…
Dan disinilah dia sekarang, di Solaria Semanggi, mengaduk aduk fuyung hai yang biasanya menjadi makanan favoritnya…
Email dari Sona, entah mengapa cowok itu lebih senang menggunakan jasa email ketimbang sms, mungkin penganut azas “gratis” kali…
“Hai..apa khabar?, sedang dimana?”
Sharon membalas, “Dekat dong, aku sedang di PTC..!”
“Becanda, itu sih jauh…”Sharon sedang tidak mood bercanda..
“Tapi kan aku bisa datang”
Sharon menunggu dengan sabar…………..
Tak lama kemudian cowok itu muncul dengan topi kupluk dan celana pendek santai, khas mahasiswa…
“Pesan gih..”, Sharon setengah menyuruh…
“Mmm..aku tadi sudah makan, bareng Diana..!”
“Diana siapa?”, tidak sadar ekspresi suaranya mengekspresikan rasa cemburu yang nyata..haduh..Sharon lain kali hati hati dong..makinya sejenak dalam hati.
“Biasa aja suaranya, jeles yah..” cowok itu dengan suara tanpa beban.
Sharon hanya melotot, amppuun nih cowok..gak ada basa basinya sama sekali.
Tanpa sadar Sharon melihat kearah Sona yang menonaktifkan hpnya, “Dasar playboy…pasti dia takut ceweknya nelpon”, pikiran buruknya menggunung…tepatnya “ekstra jealous”…haduh sadar Sharon, dia selain adikmu, dia juga “tulang”..dalam adat batak istilahnya paman..meski bukan paman kandung, karena marganya Sona dengan mamanya Sharon persis sama.
Tapi kenapa perasaan ini justru yang tidak bisa diajak kompromi?, apa karena Fandy sudah tidak lagi menempati posisi penting dihatinya?, apa karena Sharon mulai mencium gelagat yang aneh antara hubungan Katra dan Fandy..tapi so far sepertinya belum sejauh itu, Sharon belum mencium ada hubungan apa antara Fandy dengan Katra..it’s pure about her feeling to this cute boy…..

“Kamu tahu gak, beberapa hari ini aku tidak bisa tidur..”
“Kenapa..?” Sharon bertanya serius
“Begadang, ada konsep yang sedang kukerjakan..!”, wajah cowok itu memang memperlihatkan rasa lelah.
“Ngapain?” Sharon makin penasaran, Sona tidak langsung pada akar topiknya, muter muter aja kayak roller coaster..
“Mau ikut gak, aku kepikiran mau buat komunitas peduli Samosir..!”
“Mau..”, tanpa pikir panjang
“Jadi gini, aku tertarik mau buat semacam wadah untuk membantu anak anak Samosir, yang simple saja dulu, misalnya membantu pihak sekolah menyediakan buku buku gratis, aksesnya dari kita, terus bikin try out gratis…nanti kalau sudah agak jalan, baru kita fokus ke kegiatan lain yang sedikit lebih berat..” Sona dengan senyum khasnya.
“Jelasin dong..!”
“Ada purnama menyapa asaku..bercerita tentang camar yang sayapnya hampir patah. Lalu ada ranting tersenyum tulus, menawarkan camar untuk singgah melepas penat.
Aku pernah iri dengannya..karena aku pernah tak punya hati untuk kusinggahi. aku terluka parah sama seperti camar yang sayapnya tak bisa lagi terbang. Selalu banyak yang datang saat suka dan kemenangan hadir. tapi tak banyak yang berani menjadi kumbang saat sayap kupu kupu hampir patah. Adalah aku kupu kupu dengan sayap patah..ketika aku dipelukan sunyi dan seseorang berjanji di sayap patahku. Lalu biarlah itu jadi warna pelangi kita..ketika aku takut dan bahkan tak berani bermimpi untuk bangkit lagi. kadang aku ragu, apa kita akan mampu melewati badai ini. tapi malaikat seolah berbisik menenangkanku. Aku tak boleh ragu...
Aku percaya pada ketulusannya lilin, meski kilaunya tak seindah kembang api. seperti asaku tentangmu..selama ada kau aku tak akan pernah perih. aku tak akan pernah berjelaga. Terimakasih telah disini untukku....”

Tanpa sengaja mata Sona tertumpu pada tulisan kecil yang nyaris kasat mata yang ada dihalaman depan agenda Sharon, Sona tersenyum kalem..
“Ternyata kamu manis juga yah, bisa buat beginian?”, Sharon tersipu malu.
“Itu pada saat aku mengalami kejadian pahit tahun lalu, pernah ditinggalkan seseorang saat aku dalam keadaan sakit, aku nyaris menyerah..patah..sampai kemudian aku menyadari ternyata aku masih memiliki sahabat sahabat yang sangat peduli padaku..”, Sharon seperti kembali kepada masa itu.
“Aku juga pernah mengalami masa sulit…” kenang Sona, “Masa dimana aku pernah sakit hati pada ibuku, ibuku mendidikku sangat keras…pulang sekolah harus “mangula” (bekerja diladang), dulu musim bawang yang paling repot, pagi pagi sebelum berangkat sekolah harus menyemprot bawang, dan sepulang sekolah harus menyiangi, harus memberi pupuk, pulang dari ladang bukannya bisa langsung istirahat karena masih harus memasak dulu, baru bisa mengerjakan pr dan istirahat..disaat anak anak yang lain masih bisa menikmati masa sekolahnya kadang dengan jalan, keliling samosir atau main di hotsprings, kami justru dilarang keras untuk bermain main, bagi ibuku itu kegiatan yang tak penting samasekali. Jiwa remajaku yang labil emosi kala itu, aku merasa ibuku tidak sayang padaku…aku hanya punya ibu, karena ayahku sudah meninggal semenjak aku masih dalam kandungan..”, Sharon terharu mendengarnya, saking terpesonanya mendengar cerita Sona tentang masa lalunya, Fuyung hainya kalau bisa teriak sudah teriak bertanya kapan akan sampai ke mulut Sharon.
“Wah…berarti aku mungkin kategori anak yang tidak tahu diri yah..!” Sharon tersenyum dikulum
“Kenapa bisa begitu?”,
“Iyah, karena aku anak yang bisa dibilang kurang berbakti, malah aku yang sering menyusahkan ibuku dengan keinginanku yang kadang kadang tidak masuk akal, nonton konser, baju branded, pokoknya kalau gak dipenuhi aku bakal ngambek seharian..”.
“Ya itu wajar sih cewek, sepanjang kamu belum make narkoba atau ikut kehidupan bebas..masih bisa dimaafkanlah..” Sona dengan bijak
“Wah..mister wise ternyata dirimu”, Sharon tanpa bermaksud memuji
“Kamu tahu nggak, di Samosir..baik pelajar maupun anak muda, Samosir mendidik kami menjadi pekerja keras. Orang orang yang dari Samosir pada umumnya mentalnya dibentuk dengan kerja keras, makanya sesudah besar fokus utamanya adalah pendidikan..zaman dulu orang orang dari sana sering pisah dengan istri, pisah tempat tinggal maksudnya..istilahnya “marjaja” alias merantau, itu semua demi biaya sekolah anak dan nafkah keluarga, “Merantau, dan pantang pulang sebelum berhasil”, begitulah…dan tidak ada istilah perceraian seperti yang terjadi didunia zaman sekarang ini, maksudnya sekalipun suami istri saling berjauhan, tidak ada pernah ada terdengar khabar perselingkuhan, jadi pure urusannya kerja..” Sona panjang lebar.
“Iya sih…salut!”, hanya itu yang bisa terucap dari mulutnya Sharon.

Hujan mulai turun rintik rintik, suasana Solaria masih tampak tidak terlalu padat, tapi juga tidak bisa dibilang sepi..
“Tadi naik apa kesini?, kok bisa cepat?”, Sharon iseng saja bertanya
“Naik Vespa”, Sona dengan nada kalem
“Memangnya zaman sekarang masih ada vespa yah, ah…tongkronganmu mah aneh aneh saja, kalau gak sepeda yah vespa..sekali sekali bawa ferarri kek..”, Sharon dengan nada bercanda.
“Enak saja, vespa-ku tangguh, spesial..dan hanya orang orang tertentu yang boleh duduk diboncengannya..!”, Sona sedikit menggoda..
“Mau cobain?” ajak Sona kemudian
“Berarti aku spesial dong..”, Sharon setengah bercanda, setengahnya lagi…SERIUS..ehmm
“Jangan ngarep..”, seperti biasa menarik tangan cewek itu tanpa basa basi, ughh..kalau bukan Sona yang melakukan itu, pasti sudah dimakinya habis habisan…
Tapi cowok ini, mana mungkin tega dia…pantesnya dicintai....ng bukan dimaki..hihi…
Tiba tiba matanya tertumbuk pada satu arah, sepasang wanita dan pria yang baru turun dari mobil, Sharon amat sangat familiar…mereka tampaknya bukan pasangan jalan biasa, terlihat sangat mesra…terlihat sangat jelas dari bahasa tubuhnya mereka…
Argghhh…Sharon hanya bisa memaki dalam hati, bagaimana dia bisa tertipu selama ini?, sudah berapa lama hubungan mereka?, tangannya menggenggam Sona erat, seolah bercampur geram yang mendalam.
Menabrak seseorang disebelahnya…Gedubraak..orang itu benar benar terjatuh..
Tergeletak begitu saja dihadapannya, Sharon kontan kaget seraya buru buru minta maaf, sementara matanya masih terus mengikuti Fandy…hujan turun makin deras, seperti adegan disinetron sinetron yang biasanya ditonton Sharon, menangis dalam rintik hujan, hujan bercampur dengan airmatanya…Jakarta seolah ikut menangis untuknya…
Diperjalanan menuju ke Kebayoran Baru, Sharon memeluk tubuh Sona sangat erat, meski mengaku tak terlalu cinta, tapi pengkhianatan yang baru saja terjadi didepan matanya ternyata sangat melukai hatinya.
Atau mungkin selama ini Sharon yang tak pernah menyadari perasaannya yang tersembunyi karena merasa hubungannya dengan Fandy baik baik saja.
Pelukannya mulai melemah, Sona menyadari itu kemudian. Menggenggam tangan gadis itu erat, meminggirkan vespanya sejenak. Menatap Khawatir..
“Kamu nggak apa apa?” cemas
“Asmaku kambuh…”
“Obatnya bawa nggak?” Sona mulai panik, tapi kemudian mengamati wajah gadis itu dengan seksama, gadis itu tidak hanya sakit..tapi juga terluka…ada apa?, bukankah pada saat dengannya seharian Sharon baik baik saja…ceria malah..
Sona mencoba mengurus Sharon semampunya, menyuruh gadis itu menghembuskan nafas pelan pelan. Jelas dia bukan dokter, tidak mudah pula mencari bantuan disaat seperti ini…
“Kita cari penginapan”, alternatif terakhir…sementara Sharon masih terkulai lemas. Sementara sang vespa sepertinya sudah almarhum karena mesinnya rusak kemasukan air..Selamat jalan vespa…terimakasih atas jasa jasamu selama ini, pemberian kakeknya model tahun 1970-an, dititipkan untuk Sona lewat ibunya.
Penginapannya tidak terlalu bagus, standar..tapi cukuplah untuk menjaga Sharon sementara, hanya ada kipas angin, tv 14 inci, dan double bed, agak mahal..kalau di Jogja mungkin sudah dapat kelas bintang 3 harganya..ah tapi itu tidak persoalan, yang dia cemaskan saat ini hanyalah kondisi Sharon.
Satu jam berlalu…..
Cewek itu sempat terlelap sebelum akhirnya menyadari kalau dirinya sudah dalam kondisi hangat, samar samar dilihatnya Sona dengan wajah yang mulai terlihat tenang.
“Aku dimana?”
“Tenang saja dulu, lain kali kalau kemana mana bawa obat, sudah tau asma..!” Sona menggerutu mirip ibu ibu
“Maaf menyusahkanmu..!!”, tiba tiba airmatanya mengalir kembali. Biasanya Sharon tangguh, entah mengapa hari ini dia merasa sangat rapuh.
“Boleh pinjam bahumu?”, meski tidak mengerti tapi Sona merelakannya.
“Kamu kenapa?”
“Tadi aku melihat pacarku selingkuh…”, Rasanya jauh lebih sakit waktu diputusin Fandy tempohari, dan harusnya dia menuruti saja maunya Fandy waktu putus kemarin, sakitnya tidak akan terasa seperti sekarang.
“Dasar..gadis bodoh…cowok begitu saja ditangisi, masih banyak yang mau sama kamu..Cuma laki laki bodoh yang ga mau kali, cantik gini…!”, Sona berusaha menghibur Sharon. Duh…laki laki ini, benar benar tidak mirip seorang mahasiswa, terlalu dewasa tingkah lakunya. Sharon seperti berhadapan dengan cowok usia sebayanya.
“Jangan diingat lagi, ntar makin sedih..liat tuh Jakarta jadi gak berhenti nangis gara gara mikirin kamu..”, Sona mencoba melucu..Berhasil..Sharon mengembangkan senyumnya.
“Jakarta gak nangis kali..Jakarta itu sedang mandi..!!”, Sharon membalas guyonan Sona dengan nada centil.
“Nah itu tau, makanya nggak usah diingat ingat lagi, diputusin aja terus dilempar ke laut..”
“Hah..ada ada saja dilempar ke laut, memangnya sampah botol minuman”, Sharon mulai terlihat ceria, entah mengapa selalu ada seribu satu alasan untuk merasa nyaman disisi cowok ini.
“Maksudnya masalahnya dilempar, jangan diingat lagi..jangan diingat ingat kebaikannya sementara waktu, biar kamu gak sedih sedih amat, trus kalau ada fbnya di remove aja..”Sona bersemangat.
“Haduuuh, nasihatnya kejauhan pak boss…ketemu lagi juga belum, klarifikasi…”
Sona tersipu malu sendiri…
“Oh iya yah..!!!”
Sharon mencoba bangkit, sekalipun masih terlihat ringkih dia mencoba untuk berjalan. Sona mencoba melarang, tapi gadis keras kepala itu mana bisa dilarang?.
“Kamu istirahat dulu, minimal sampai besok pagi..”
“Besok pagi?” Sharon terhenyak
“Jangan bilang karena kamu takut aku ada disini..!”, Sona mencoba menebak
“Ah..siapa bilang, ini bukan pertama kalinya kan kita dikamar yang sama”, mencoba menutupi perasaan yang sebenarnya, sebenarnya Sharon cemas…Jakarta auranya berbeda dengan waktu mereka di Jogjakarta tempohari, lagipula selama di Jogja mereka tidak benar benar satu kamar. Hanya kadang Sharon main di kamarnya Sona begitu pula sebaliknya, kalau sudah jamnya tidur mereka tidur dikamar masing masing.
Kemudian terlibat pembicaraan yang menarik hingga tanpa terasa sudah larut malam.

PART 4

NAGA diwaktu yang sama pada saat Sharon sedang menonton tv…..
“Buku anda laris sekali, apa yang membuat anda begitu tertarik menuangkan dunia narkoba secara gamblang kedalam novel itu?, anda kelihatan begitu menguasai medannya zat adiktif itu, anda pernah terjatuh didalamnya?”, wartawan dengan sabar menunggu jawaban dari Naga..
“Yah, saya kira tidak ada yang perlu saya sembunyikan dari masa lalu saya dengan barang haram itu, saya pernah “terjebak” didalamnya, saya kenal barangnya dan puji Tuhan saya berhasil “keluar”, dengan nada santai
Sharon ternganga tidak percaya pada pengakuan itu, Naga…sejak kapan?, apa yang membuatnya berubah…senakal nakalnya Naga yang dulu dikenalnya adalah sosok anak yang baik, meski jiwa pemberontaknya agak tinggi, dia hanya rajin “membolos” dan jarang mengikuti mata kuliah dari dosen, sejak kapan dunia Naga sekelam itu?.
Naga kembali ke mobil setelah sesi wawancara selesai, di mobilnya masih tersedia minuman keras merk terkenal, sungguh…meski telah lepas dari jeratan narkoba, Naga masih tak bisa menghilangkan kebiasaannya menenggak minuman keras dan rokok…..
Hatinya hampa….
Teringat kembali saat dimana dia pertama kali terjerat barang haram itu, “terjebak” itulah kata yang paling tepat untuk mengukir kesialannya mengenal barang heroin itu….
Sebulan setelah lulus kuliah, tepatnya sebulan setelah diwisuda….
Naga diterima bekerja sebagai reporter disebuah tv swasta yang lumayan besar, ternama…bangga…satu kata mewakili perasaannya bisa diterima di perusahaan tv swasta tersebut, dengar dengar seleksinya ketat.
Namun dari situlah bencana dimulai…bencana dalam hidupnya…
Saat disuruh meliput ke sebuah pulau nan eksotis di Bali, sebenarnya meliput tentang wisata kuliner, namun ditengah perjalanan pekerjaannya tanpa sengaja dia berkenalan dengan seorang turis dari Jepang bernama Naoko, gadis cantik itu mengaku bekerja sebagai seorang guru swasta di Jepang sana.
Naoko mengenalkan Naga pada teman teman tournya, mereka menyambut baik..apalagi Naga seorang reporter tv, mereka sangat antusias.
Pada malam naas itu Naoko mengajak Naga minum, dia sendiri sebenarnya sudah hampir mabuk, tapi Naga membatasi diri supaya jangan sampai mabuk, bagaimanapun dia harus menjaga kredibilitas dirinya diantara hubungan pertemanannya dengan Naoko.
Beberapa teman Naoko, sudah berpencar menuju ke pantai, katanya malam malam indah menikmati ombak di pantai Kuta.
Naoko sudah semakin mabuk, dan mulai ngawur bicaranya “,Kamu sudah lama di Bali?”, Naga hanya mengangguk, tidak menyadari kalau Naga tidak akan melihat anggukan dikepalanya..
Mulai bertanya tanya tentang sejarah Bali, Naga menolak..karena dia memang bukan penjelas sejarah yang baik…
“Bisa tolong antar saya ke Pantai Kuta?”
“Sekarang?”
Naoko tidak menjawab hanya memberi isyarat, lalu sampailah mereka di Pantai Kuta. Terlihat begitu hangat dan bersahabat, menyanyi dalam bahasa Jepang dan berphoto photo bersama..
Diam diam Naga memandangi wajah Naoko saat menyanyi, begitu cantik..meski tatapan matanya seolah ada luka yang tersamar…entahlah..semoga itu hanya perasaan Naga saja..
“Arigato gozaimasu..terimakasih sudah menemaniku malam ini, aku sangat bahagia..can i kiss you?”, dengan gerak cepat dan tidak menunggu persetujuan dari Naga sudah mencium kening Naga..Naga hanya kaget sebentar lalu menyadari bahwa mungkin Jepang juga budayanya sudah mirip dengan Eropa, mencium tanda persahabatan adalah hal yang lumrah…
Selintas teringat sosok lain, Sharon….Sharon gadis mandiri yang sangat teguh pada prinsipnya, boro boro mencium…dipegang tangan saja, taringnya hampir keluar..hihi…
Dimana gadis itu sekarang yah?, dengan siapa dia sekarang?....
Pelukan gadis Jepang itu dipundaknya membubarkan lamunannya sejenak tentang Sharon.
Semakin dekat Naga seperti merasakan ada sesuatu yang aneh…tidak tahu kenapa, tapi indra keenamnya mulai merasa tidak nyaman.
Feeling Naga tidak salah, dan..dengan gerak refleks gadis itu sudah menyuntikkan sesuatu ke tangan Naga. Cowok itu tidak sempat menghindar..
“F**k, apa apaan nih..!”, berusaha memberontak, namun ternyata gadis Jepang itu dan teman temannya sangat kompak.
“Ayolah, kami tidak akan membiarkan teman kami tidak ikut menikmati surga ini, just enjoy it!”, wajahnya berubah terlihat menjadi seperti iblis yang sangat mengerikan dimata Naga, tapi terlambat…heroin itu sudah masuk dalam tubuhnya, kepalanya pusing seketika…
“Shiit, Oh..!” makinya tanpa arah
Berlari menuju kamarnya dan berusaha keluar dari pesta narkoba tersebut, namun zat zat adiktif itu sekali lagi sudah terlanjur menjadi racun yang dia sangat berjuang untuk mengobatinya.
Dua bulan kemudian dia mendengar khabar, Naoko pada akhirnya juga meninggal akibat narkoba itu.
Air wajah Naga berlinang, semenjak kejadian itu dia berhenti menjadi reporter, ikut program rehabilitasi, dan setelah keluar..menceritakan pengalamannya dalam sebuah novel yang kemudian membuat namanya menjadi terkenal.
Sharon…Sharon, tidak boleh mengenal seorang looser seperti dirinya…
Kalaupun suatu saat dia bertemu dengan gadis itu, dia bersumpah akan berpura pura tidak mengenalnya..gadis polos itu tidak boleh menjadi getah dalam masalalunya yang kelam.

Sona di pedalaman Jambi
Juga memikirkan Sharon ditengah tengah eksplorasinya, senyum senyum sendiri seperti orang yang sedang jatuh cinta…rasanya dia memang selalu jatuh cinta pada Diana, gadis manis teman kuliahnya yang sudah dipacarinya sejak lima tahun yang lalu, saat mereka masih sama sama mengenakan seragam putih abu abu….
Kisah cinta Sona dan Diana sendiri, tidak terlalu ter-publish, hanya beberapa orang sahabat dekat mereka saja yang tahu..mereka bahkan tidak berteman di fesbuk, apalagi memasang iklan “in a relationship”.
Tapi jujur, sejujur jujurnya..akhir akhir ini konsentrasi Sona tidak sepenuhnya pada Diana, diam diam dan tak bisa dikontrol, bayangan wajah manis ala perempuan solo yang seharusnya jadi kakaknya itu muncul tak bisa ditolak.
Sona merindukannya, kebersamaan mereka terasa sederhana tapi indah, Sharon apa adanya, dia tidak peduli jalan dengan Sona mau pakai sepeda, atau vespa bututnya yang sudah almarhum, bahkan jalan kaki pun tidak keberatan…
Sementara Diana, lebih “cewek”, sering protes kalau Sona sudah datang dengan vespa bututnya, takut kulitnya jadi hitam, takut berdesakan apalagi kalau baru creambath dari salon, sudah tidak bisa diajak kemana mana, alasannya baru creambath nanti rambutnya jadi rusak…
Ah…Sharon memang unik, lho…kok?.
Malam ini bulannya masih tetap sama, mungkin di Jakarta juga. Bulan sabit, Sona memandang langit, baru saja selesai dari lapangan…
Sona sangat menyukai bidang ini, selain meningkatkan kemampuannya, sekaligus mengenal dunia baru, teman teman baru…
Sms dari Diana “Lagi ngapain beib?, capek yah..sudah tidur belum?”, sms yang standar dari seorang kekasih, Ah..Diana, tolonglah kreatif sedikit sayang..jadi aku tidak bosan membaca sms yang itu itu saja…dalam hati Sona sedikit ngedumel.
Malas menjawabnya…..atau tepatnya “hambar menjawabnya”, hatinya tengah dilanda perang…Sharon, Diana, Sharon, Diana…ah tapi tak mungkinlah Sharon, seperti yang sering diungkapkan gadis itu, dia bukan hanya “kakak” tapi juga “bere”nya, teringat cerita Sharon tentang pesan salah seorang tulangnya “, Jangan pernah jatuh cinta sama tulang, jika dalam sebuah hubungan sudah dibatasi dengan yang namanya “tulang”, setialah pada komitmen itu..”, Jadi ngapain mikirin gadis itu?.
Sms berbunyi lagi “,Nak isikan pulsa mama, mama sedang berada dikantor polisi, isikan ke nomor ini saja..”, Busyeet..hari gini masih pake trik basi begini…sekampung juga tahu kalau mama dikampung tak bisa membalas dan menerima sms. Hpnya saja nokia yang layarnya masih warna biru dengan suara dering yang khas, yang kalau dalam keadaan darurat bisa digunakan untuk melempar anjing tetangga kalau sedang berulah…ada ada saja
And the last sms hampir saja Sona menonaktifkan Hpnya saking malasnya membaca sms sms nggak mutu..”sebenarnya tidak termasuk sms Diana”, hanya Sona lagi tidak ingin beromantis ria…
“Hi..Kenapa why selalu always tapi but tidak pernah never??”, Sharon….
Sona tertawa geli “Hahaha..ada ada saja!” jawabnya asal.
Sharon menelpon “,Woi pak, gimana khabarmu?”
“Kayaknya ada yang kangen nih..!!!” Sona menggoda..
“Kangen sih tidak, Cuma iseng aja..ngecek..!”, Sharon menutupi perasaannya.
“Sorry yah aku jarang kirim email dan sms, habisnya sibuk tak menentu disini…”,
“Sibuk apa, paling sibuk ngecengin gadis dayak..katanya cantik cantik yah..!!” Sharon setengah menggoda.
“Ah…sudah biasa liat yang cantik!”
“Gimana disana?, cepat pulang dong”,
“Tuh kan kangen?, masa gak ngaku..?”, Sona dengan suara digenit genitkan.
“Gak..gak ada teman berantem..!!!”
“Uooooohh..” Sona mulai menguap, Sharon segera mengerti.
“Ya deh lain kali kita bicara lagi..Dah, have a nice dream!”
“Muaahhh..”, Sona dengan centil.
Sharon tertawa dari seberang.

Sepertinya malam ini hanya Fandy yang tidak memikirkan Sharon, dia malah sibuk melamunkan Katra…cewek sexy itu jinak jinak merpati, padahal sudah jelas jelas suka….sementara Sharon, dulu dia memang cinta pada gadis tangguh itu, tapi gadis itu terlalu mandiri..seperti tidak butuh siapapun..Fandy tipe orang yang senang dibutuhkan, dia suka cewek yang minta dimanja seperti Katra.
Saat ini Sharon hanyalah orang yang tengah “dibutuhkannya” di Kantor…, gadis itu copywriter handal, dan ide idea tau konsepnya hampir selalu sukses diterima perusahaan klien, rasanya di kantor sulit mencari penggantinya….
Dan dia harus bisa mempertahankan “status” gadis itu hingga posisinya benar benar aman sebagai direktur.
Katra bukan tak menyukainya, itu terlihat jelas…namun gadis manis putri direktur utama itu hanya tengah memasang jaring jaring yang bernama “hati hati” dan “waspada”, meskipun Fandy benar benar sangat menyukainya, tulus…bukan hanya sekedar karena Katra adalah putrinya presdir…

Seperti biasa..rapat dipimpin Mr H, aduh…Sharon mulai terbiasa menyebut manager dengan Mr H, sampai detik ini masih tetap heran, apa bagusnya ini orang..awardnya itu dapat dari mana?, apa dia pake ilmu geomistik alias geotipu yah..”meminjam istilah juniornya yang lulusan geofisika”, benar benar lengkap dah…culas, sama ilmu ngelesnya, belum lagi sifat “oportunis”, dan pelitnya, ada yang orang yang hidup dengan “kekurangan” yang sempurna seperti ini…
Hihihi….ketawa tapi meringis pingin nangis setiap lihat tampangnya Mr Ho…
Tamu penting kali ini dikantor, dari sebuah perusahaan sepatu olahraga internasional..perusahaan sepatu ini pernah menggunakan bintang bintang dunia sebagai modelnya, dan otomatis bugdetnya pasti lumayan “ekstra”, ibaratnya ini iklan “kakap”..
Dan, Sharon cs sudah hafal dengan istilah “kerjasama” dan “komitmen” si Mister, setelah melalui beberapa kali pertemuan dan tentunya “Mr H” tidak termasuk dalam team penjelasnya alias team presentasi, karena tugasnya dia cukup gampang..hanya mengucapkan “,Nah itu dia..”, atau “Saya sudah ajari staff saya membuat ide itu..”, Ngajarin gimana maksudnya bos?..halah…
Akhirnya mencapai kesepakatan dengan konsep iklan, budget, model serta semua tetek bengek yang lainnya..*catet..si Manager tidak termasuk orang yang aktif berinteraksi dalam rapat tersebut*, sepanjang jalannya rapat kalimat yang muncul hanyalah..”ooo” atau “iya”..deal…
Waktu sebulan….
Semua team bekerja keras bahkan ada yang sampe lembur, maka kemudian H minus 3 karena sang manager tidak pernah terlibat penuh dalam proses konsep hingga selesainya iklan, Sharon mengusulkan Manager memberikan masukan sedikit saja, minimal tanda bukti bahwa dia ada kontribusi di project itu..
“Jangan deh, sebenarnya saya bisa saja mengerjakan sendiri, tapi kalau kalian gak mandiri, kapan pinternya, masa dikit dikit dipandu sama saya?”, jurus aji ilmu ngelesnya memang paling sakti mandraguna tak ada tandingan.
Hellooouuuu pak, cemplungin aja deh sekalian ke kolam ini orang…Sharon kambuh sensitifnya.
Heran lama lama bisa ngirim surat cinta alias resigning letter juga dari kantor, gara gara makhluk menyebalkan ini…kalau tidak ingat susahnya nyari pekerjaan, amppuuun dah…
Jangan jangan ada kesalahan administrasi waktu menerima Mister manager satu ini, jangan jangan kalau dilihat lihat dari prestasi kerjanya dan kesamaan namanya, sebenarnya yang berhak bekerja disini adalah SONA yang tengah dikenalnya.
Masalahnya Sona pernah nggak mengirimkan application letter ke kantornya?, Kalau iya harus diusut tuntas.
Karena Sharon nggak mau cowok “aneh” ini lama lama bergabung dikantornya, takut ketularan sifat buruknya yang “komplit”.
Sebaiknya tunggu cowok itu kembali dari eksplorasinya di Kalimantan.

Aku yang pernah engkau kuatkan
Aku yang pernah kau bangkitkan
Aku yang pernah kau beri rasa
Saatku terjaga, hinggaku terlelap nanti
Selama itu aku akan selalu mengingatmu
Kapan lagi kutulis untukmu, tulisan tulisan indahku yang dulu
Pernah warnai dunia, puisi terindahku hanya untukmu
Mungkinkah kau kan kembali lagi menemaniku menulis lagi
Kita arungi bersama…
Puisi terindahku hanya untukmu
Lagu “Puisi”nya Jikustik mengalir renyah diradio, entah mengapa Sharon sangat suka mendengar lagu yang satu ini, mengingatkannya “lagi lagi” pada Sona…cowok berjiwa sosial tinggi itu, tidak terasa tinggal menghitung hari cowok itu sudah ada lagi di Jakarta, makin hitamkah dia?

L is for the way you look at me !
O is for the only one I see !
V is very very extraordinary!
E is even more than anyone that you adore can love..!
It’s all that I can give to you
LOVE is more than just a game for two
Two in love can make it
Take my heart but please don’t break it! Love
Was made for me and you!!
Lagu Natalie Cole mengalir romantis…Sharon memeluk bantal, Jatuh cinta memang selalu menyenangkan yah…walaupun tidak tahu akan berbalas, walau itu dengan tulang sendiri…menunggu dua hari lagi rasanya seperti menunggu ..

Finally, Sona kembali ke Jakarta
Sona benar benar sudah ada dihadapannya, cowok itu terlihat makin hitam dan kurusan.
Sharon melintasi sisi FKG , Sona mempermainkan rumput rumput yang terbabat rapi.
Sharon senyum senyum sendiri melihat tingkah lakunya…
Something different with him..tapi apa ya?...potongan rambutnya masih rapih seperti biasanya, rasanya tak ada yang berubah dengan wajah tampan itu.
“Siapa cewek beruntung yang akan memiliki hati cowok ganteng ini ya?, Dianakah..!!!” bisik hati Sharon nakal menggelitik.
Sona memang sempurna, lepas dari bad habitsnya ber-eksperimen dengan beberapa cewek dimasa lalunya. Gerimis mulai datang, menetes dirambut Sharon kemudian merambat ke baju Sharon yang agak tipis.
Tapi Sharon malas bereaksi, entah mengapa Sharon malah menikmati hujan ini.
Sona menarik tangan Sharon, namun entah mengapa Sharon malas bergerak.
Sona menurut….menatap wajah Sharon dalam dalam. “Kamu cantik banget waktu hujan Sharon”.
Sharon tersenyum geer dipuji cantik…hehehe
Tiba tiba saja Sharon menggandeng tangan Sona, kedamaian langsung mengalir dihati Sharon.
“Jangan berubah ya Son, aku ingin kita bersahabat terus. Bahkan setelah kamu atau aku akan menikah dengan orang lain, aku ingin kita tetap seakrab ini”. Kalimat itu spontan saja mengalir dari mulut Sharon, Sona hanya terdiam namun terasa rangkulannya makin erat.
“Aku gak tahu arah kalo gak ada kamu, Son. Selama ini gak ada yang setulus ini sama aku”.
“Eh…ngintip orang pacaran yuk!” tanpa sengaja mata Sharon tertuju pada sebuah sudut FKG yang sepi hanya dihalangi dinding kecil.
Sepasang insan sedang bermesraan…
“Son?”
“Hmm?”
“Kira kira salah satu diantara mereka ada yang selingkuh gak ya?” lagi lagi celoteh spontan meluncur dari bibir Sharon.
“Ah, Kamu..ada ada saja..aneh aneh kalo ngomong” Sona tertawa geli.
“Masih patah hati??”, Sona berbasa basi
“Patah hati apa??”, Sharon malah balik bertanya
“Yang kemarin itu, yang kamu kehujanan bareng aku?”, Sona mengungkit lagi, penasaran pengen mengulik isi hatinya Sharon.
“Kamu tahu nggak, aku selalu cemburu dengan film film romantis itu, kisah manis yang berbalut happy ending dimana dari awal memang mereka seolah sudah dikasih “tanda” bahwa “perjodohan” itu memang sudah ditakdirkan Tuhan dari awal, tentang keajaiban keajaiban pertemuan sepasang anak manusia yang membawa mereka kepada gerbang perjodohan”, Sharon menghela nafas panjang, sebongkah beban itu masih meninggalkan bekasnya, bagaimanapun Sharon yang selalu ditinggalkan…mengapa cinta dan patah hati seringkali berjalan bersanding yah?, mengapa rasanya selalu sakit ketika orang yang kita cintai tidak member rasa seperti apa yang kita mau”, nelangsa…
Sona tidak menjawab, hanya menaruh kepala Sharon dipelukannya.
Entah mereka menyadarinya atau tidak, namun perasaan itu…debaran itu berkali kali lipat lebih cepat dibanding waktu normalnya.

Sharon sedang menggarap project iklan side jobnya, artinya tidak ada hubungannya dengan Mata Advertising, murni permintaan sahabatnya yang cantik, namanya Renata..
Renata punya home industry yang memproduksi Greentea, untungnya Sharon penggemar berat minuman teh hijau tersebut jadi gampang menemukan soulnya.
Sharon memadukan teknisnya dengan philosophy-nya, agak maksa sih memang..tapi simpelnya gini..greentea itu pahit, banyak yang tidak suka, tapi khasiatnya super..selain untuk antioksidan, detoksifikasi, melangsingkan tubuh, pokoknya lepas dari rasanya yang “gak banget”..sama seperti kehidupan itu sendiri, banyak orang yang takut menjalani “proses” yang pahit, tanpa menyadari ada jalan yang indah kalau bisa melewati masa masa itu…kalau soal kekurangan dan efek samping greentea, lupakan saja dulu…namanya juga IKLAN….
Seperti halnya cinta, bukankah cinta juga begitu?
“Ren, ini sudah selesai aku buat layoutnya…aku buat simple aja, biasanya konsumennya kan rata rata cewek, jadi selain penekanan pada kesehatan, terutama pada kebaikan kulit..jadi mereka tidak merasa ini teh produknya buat tante tante doang…intinya pakai “hati”, tidak perlu terlihat mahal, cukup sederhana tapi elegan, beda kan dengan Sabun atau kosmetik yang memang harus terlihat “mahal” supaya diburu pasar”, Sharon menjelaskan panjang lebar.
Renata tampak puas……………….
 
Tobe continued..:-)

Komentar